27 September 2025

Jadi Joki Skripsi? Baiklah Ini Cerita Saya Mengambil Keputusan Setelahnya

Pengalaman pribadi sebagai joki skripsi dan bagaimana keputusan untuk berhenti demi membantu mahasiswa dengan cara yang lebih baik.

4 min read

Tentukan Pilihanmu dari Sekarang

Haruskah saya terus membantu mahasiswa dengan membuatkan program nya?

Semakin saya fokus dengan pekerjaan ini, malahan saya semakin memiliki alasan yang kuat untuk berhenti dari pekerjaan ini. Penyebabnya yang saya amati selama ini adalah karena kondisi-kondisi negatif yang dialami oleh mahasiswa tersebut membuat saya prihatin.

Kondisi Negatif yang Saya Amati

  • Sidangnya kacau - Padahal programnya sudah berhasil kita buat sesuai dengan permintaan dan juga sudah kita ajarkan semua hal (dalam waktu singkat), tapi ketika mahasiswa tersebut sidang, sidangnya kacau. Mulai dari program gak running (padahal sebelumnya di coba bisa), proyektor gak nyala, lupa ngidupin XAMPP, akhirnya ketika di uji untuk modifikasi kode program untuk merubah warna tampilan dll, ternyata gak bisa.

  • Kurangnya kepercayaan diri - Ketika program seorang mahasiswa itu dibuatkan oleh orang lain, rupanya ketika itu dia sedang mengalami fase yang namanya krisis ketidak percayaan diri. Dia gak percaya dengan skill yang dia punya (yang semestinya bisa dia tingkatkan/upgrade), dan sedihnya gak sedikit mahasiswa (termasuk teman saya sendiri) yang mengalami fase ini.

  • Program tugas akhir nya gak terpakai - Ketika mahasiswa tersebut lulus kuliah kemudian dia memilih pekerjaan yang gak sama dengan penelitian tugas akhirnya, yang terjadi dengan programnya tersebut adalah gak terpakai. Program yang dia beli dengan harga yang gak murah tersebut, hanya akan menjadi sebuah history dalam perjalanannya untuk mendapatkan ijazah.

  • Setelah wisuda bingung mau kerja apa - Ini dia yang sering sekali terjadi, ya mau gimana lagi, sementara dia bergelut di bidang IT yang menjadi tuntutannya adalah skill. Semua lowongan pekerjaan di bidang IT khususnya programmer ada persyaratan ini, sementara gimana kalau dia kurang pengalaman koding.

Kerisauan dan Keputusan

Kondisi diatas lah yang menyebabkan saya semakin yakin untuk berhenti membuatkan program mahasiswa. "Terus gimana cara saya agar dapat membantu mahasiswa tersebut, tetapi tidak dengan cara membuatkan program tugas akhirnya?", ungkap saya dalam hati.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa mahasiswa lulusan IT banyak yang gak bisa koding, belum siap terjun ke dunia industri dan akhirnya memilih pekerjaan yang gak sesuai dengan jurusannya semasa kuliah dan sebagainya.

Solusi yang Lebih Baik

Kalau kita berfikir secara jernih, alangkah lebih baiknya jika waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas akhir selama ± 4 bulan, digunakan untuk mendalami skillnya di bidang IT (pemrograman), bisa dengan cara minta diajarkan oleh temannya atau bahkan ikut kursus pembuatan program dan sebagainya yang terpenting dia bisa membuatnya sendiri.

Dampak Positif Mengerjakan Sendiri:

  • Sidangnya akan mudah - Karena yang membuat programnya dari nol sampai jadi adalah dia sendiri, otomatis dia akan bisa menjelaskan semua yang telah dia buat, bahkan ketika dosen menyuruh untuk memodifikasi kode programnya pun, dia pasti akan bisa.

  • Setelah wisuda gak akan bingung cari kerja - Karena di bidang IT Programmer itu adalah komoditas langka yang pasti dicari, saat ini permintaan pasar untuk programmer lebih banyak ketimbang stok programmernya.

  • Program tugas akhirnya akan terpakai - Jika mahasiswa tersebut sudah menentukan pekerjaannya sesuai dengan tugas akhirnya, artinya passionnya akan sesuai dengan bidangnya tersebut.

"Skill menentukan seberapa layak kita untuk dibayar."

5 Hal Penting untuk Berhasil

Setelah memikirkan dan menimbang semua aspek saya memutuskan untuk membantu mahasiswa tersebut agar bisa berhasil merubah nasibnya dengan memiliki beberapa hal penting berikut ini:

  1. Memiliki tujuan hidup (impian) yang ingin dicapainya dengan spesifik dan terukur.

  2. Bisa memaksimalkan usahanya dengan mengerahkan semua potensi yang dia miliki untuk mengerjakan tugas akhirnya secara mandiri, demi meraih impian dan skill yang relevan dengan dunia industri.

  3. Memiliki alasan yang jelas mengenai mengapa dia harus bisa mandiri mengerjakan tugas akhirnya demi meraih impiannya.

  4. Memiliki rencana tindakan yang jelas agar rencana-rencana yang dia buat menjadi mungkin untuk dilakukan, sehingga impiannya pun dapat menjadi kenyataan.

  5. Memiliki tenggat waktu yang jelas sehingga mampu mengembangkan rencana yang dapat dicapai dan memiliki perasaan terdesak untuk mewujudkannya.

"Jika ingin berjalan cepat berjalanlah sendirian, jika kamu ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama-sama" - John F. Kennedy

Langkah Selanjutnya

Menyadari bahwa untuk bisa memberikan manfaat yang besar tersebut pastinya memerlukan usaha yang besar juga, maka melakukannya dengan usaha bersama-sama orang lain lebih saya sukai daripada melakukanya secara sendirian.

Maka dari itu akhirnya kami di tahun 2017 mulai menginisiasi pembuatan sebuah Software Agency dan Software Academy untuk siapa aja yang mau buat skripsi sendiri supaya bisa dijadiin sebagai portofolio untuk mendapatkan pekerjaan, itu adalah salah satu bagian dari Software Academy kami yang disebut Codeathome - We start from home to help all of you.

Disclaimer

  • Tulisan diatas gak ada maksud untuk menyinggung siapapun, murni cerita dari pengalaman Penulis.
  • Pada dasarnya setiap hal itu ada sisi baiknya, seringkali kita saja yang tidak melihat pada sisi yang tepat.
  • Masa lalu biarlah berlalu (buat yang programnya dikerjain orang lain), jangan risau jangan ragu untuk ngambil keputusan selagi itu baik, kalau gagal? Buat keputusan lagi, ambil baiknya buang buruknya, yang penting tetap semangat! 🔥

That's it, itulah bagian episode ini ceritaku mana ceritamu? 😄


Catatan: Tulisan ini adalah tulisan rebuild dari artikel saya di Medium: Cerita Saya Mengambil Keputusan

M Fari M

Co-Founder Codeathome.id

Home
About
Portfolio
Blog
Contact
© 2025 Created by M Fari M. All right reserved